DESAIN TES BUNYI DAN KOSAKATA BAHASA ARAB | ESSAY | PKPT IPNU IPPNU IAIN PEKALONGAN


PELAJARNUIAINPEKALONGAN~ Selamat datang kembali di blog kami. Kali ini mimin akan memberikan sebuah Essay yang dibuat oleh salahsatu Kader PKPT IPNU IPPNU IAIN Pekalongan. Beliau juga salahsatu tim kreatif dari PKPT IAIN Pekalongan. Hayo siapa hayo. Penasaran dengan dengan isi Essay nya? atau penasaran dengan orangnya... wkwk... Essay nya berjudul DESAIN TEST BUNYI DAN KOSAKATA BAHASA ARAB. WOW, Bahasa Arab. Penasaran bukan, kuy langsung saja kita ke ESSAY nya.

DESAIN TES BUNYI DAN KOSAKATA BAHASA ARAB

Oleh: Arief Maulana Mutaqin

PENDAHULUAN

    Satu hal penting bagi tenaga pendidik maupun calon tenaga pendidik Bahasa Arab adalah mampu mengetahui tes kompetensi kebahasaan. Tes yang dimaksudkan adalah tes yang dilakukan untuk mengungkapkan pengetahuan kebahasaan peserta didik. Tes kebahasaan tersebut mencakup pengetahuan tentang sistem bahasa, struktur, kosakata, dan seluruh aspek kebahasaan yang ada.

  Dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa kedua atau bahasa asing, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah Bahasa Arab, kompetensi kebahasaan perlu diajarkan dan diteskan secara khusus kepada peserta didik, karena kompetensi itu dapat dipandang sebagai prasyarat untuk menguasai kompetensi komunikatif atau tindak berbahasa baik yang bersifat reseptif maupun produktif.

    Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif reseptif disini pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk memahami Bahasa yang dituturkan oleh pihak lain, baik yang dituturkan melalui lisan maupun tulisan. Kompetensi kebahasaan yang sangat dibutuhkan dalam berbahasa adalah struktur tata Bahasa (grammatical structure) dan kosakata.

    Berdasarkan uraian diatas, kita tahu bahwa tes kompetensi kebahasaan sangatlah penting terutama bagi tenaga pendidik Bahasa. Oleh karena itu, penting sekali bagi tenaga pendidik untuk mengetahui apa itu tes kebahasaan yang nantinya perlu diajarkan dan diteskan kepada peserta didik untuk menguasai kompetensi komunikatif yang aktif dan produktif.


ISI

DEFINISI TES BUNYI DAN KOSAKATA BAHASA ARAB

    Sebelum kita membahas mengenai apa itu tes bunyi?, hendaknya kita mengetahui apa itu bunyi Bahasa. Sebab di dalam Bahasa, Bahasa lisan khususnya tidak bisa lepas dari yang namanya bunyi bahasa yang diucapkan oleh pengucap bahasa itu sendiri. Bunyi bahasa  adalah bunyi yang merupakan perwujudan dari setiap bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan dalam bahasa tersebut. Bunyi bahasa ini merupakan sarana untuk berkomunikasi melalui bahasa secara lisan. Bunyi bahasa dibentuk oleh tiga factor utama, yaitu pernafasan (sebagai sumber tenaga), alat ucap (yang menimbulkan getaran), dan rongga pengubah getaran (pita suara).

    Tes bunyi merupakan bagian dari tes yang ada pada tes Bahasa. Tes bunyi ditujukan untuk mengetahui intonasi ataupun ketepatan dalam berbahasa. Misalnya, tes bunyi pada Bahasa Arab yang dilakukan untuk melihat sejauh mana ketepatan dalam berujar menggunakan Bahasa Arab, apakah bentuk pelafalannya masih kurang benar, atau bahkan masih salah.Di dalam pembelajaran Bahasa Arab, tes bunyi lebih dikenal dengan istilah ilmu al-ashwat. Ilmu ini merupakan salah satu bidang ilmu linguistiK yang menjelaskan dan menganalisa pengucapan bunyi ujar yang membutuhkan praktek, bukan hanya teori. Ilmu al-ashwat adalah ilmu yang mempelajari pembentukan, perpindahan dan penerimaan bunyi Bahasa.

      Sedangkan kosa kata Bahasa Arab (al-mufradat) merupakan sekumpulan kata yang memiliki makna masing-masing dari kata tersebut yang mana nantinya digunakan untuk merangkai sebuah kalimat yang dapat dipahami oleh lawan bicara, maupun yang membaca jika dalam bahasa tulis.

    Menurut Nurgiyantoro, tes kosa kata adalah tes yang dimaksudkan mengukur kompetensi peserta didik terhadap kosakata dalam Bahasa tertentu baik yang bersifat reseptif maupun produktif.

 

TUJUAN PENGAJARAN TES BUNYI DAN KOSAKATA BAHASA ARAB

    Adapun tujuan dari pengajaran tes bunyi tidak lain adalah untuk melatih peserta didik dalam  mengucapkan bunyi kata dengan tepat dan sesuai kaidah pelafalan. Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ilmu al-Ashwat bertujuan supaya pembelajaran bahasa Arab menjadi perhatian serius dan supaya ujaran dan bunyi kata bahasa Arab yang diucapkan sesuai dengan aslinya, yang penekanannya berfokus pada  makhorijul huruf dan tajwid.

    Sedangkan tujuan dari pengajaran kosakata adalah untuk menambah pengetahuan peserta didik mengenai kata yang nantinya bisa dikembangkan untuk menyusun sebuah kalimat. Tidak lain dalam Bahasa Arab, kosa kata sangatlah penting dalam hal kebahasaan, sebab dengan penguasaan kosakata atau mufradat yang banyak, seseorang mampu mengucapkan, menulis mapun mengartikan sebuah konteks kalimat dengan penjabaran yang luas. Karena tidak lain dari Bahasa adalah tidak bisa lepas dengan kosakata kebahasaan itu sendiri. Adanya pengartian sebuah kalimat, didapatkan dari arti perkatanya atau per-kosakatanya untuk disususun menjadi sebuah kalimat yang mudah dipahami.

 

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BUNYI DAN KOSAKATA BAHASA ARAB

    Pengembangan instrumen tes bunyi perlu dilakukan bagi tenaga pendidik, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah metode maupun cara yang akan digunakan dalam mengembangkan instrumen tes bunyi ataupun kosakata yang akan diujikan kepada peserta didik. Pengembangan tes bunyi lebih ditekankan kepada bagaimana peserta didik mampu menirukan makhorijul huruf secara tepat. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menirukan. Tidak jauh berbeda dengan pengembangan tes kosakata Bahasa Arab dapat dilakukan dengan melatih daya ingat peserta didik, baik itu dengan metode hafalan maupun pembuatan modul kosakata. Untuk lebih memudahkannya bisa divariasikan dalam bentuk lagu-lagu mufradat. Sebab dengan lagu, peserta didik akan lebih mudah dalam menghafal kosa kata tersebut.

    Adapun pengembangan metode pengajaran fonetik atau bunyi bahasa itu bisa dilakukan dengan beberapa unsur sebagai berikut: (1) latihan pendengaran dan pengucapan bunyi bahasa asing yang dipelajari, dimana latihan pendengaran adalah tahap pertama dan latihan pengucapan adalah tahap kedua, (2) bunyi bahasa yang didengar adalah bunyi bahasa yang diucapkan oleh pemilik bahasa tersebut (native informant) atau penggantian dalam bentuk rekaman dari native informant tersebut. Latihan pengucapan adalah menirukan bunyi bahasa yang diucapkan oleh native informant atau rekamannya, dan (3) pengembangan materinya didasarkan pada studi perbandingan (kontrastif) antar dua sistem bunyi bahasa, sistem bunyi bahasa pertama dengan sistem bunyi bahasa kedua, dimana fokus pelajaran dan latihan adalah pada problem-problem, yaitu aspek yang berbeda diantara dua sistem bunyi bahasa tersebut. Tiga unsur ini sesuai dengan prinsip dari Robert Lado yang mengatakan, bahwa sistem dan struktur bunyi bahasa hendaknya diajarkan untuk digunakan, yaitu dengan cara demonstrasi, tiruan, bantuan, kontras dan driil.

KESIMPULAN

    Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa pengembangan pengajaran fonetik, termasuk fonetik Bahasa Arab dapat dilakukan dengan cara meniru yaitu meniru pengucapan bunyi-bunyi bahasa asing yang dipelajarinya, yang diucapkan sebagaimana pemilik bahasa itu mengucapkannya, baik diucapkan langsung oleh native informant ataupun dengan rekaman. Bahwa kualitas meniru sangat ditentukan oleh kekuatan daya mengingat terhadap bunyi-bunyi bahasa yang didengar. Sementara kualitas daya ingat dipengaruhi oleh frekuensi pengulangan, perhatian dan kejelasan uraian. Penguraian cara artikulasi suatu bunyi bahasa dibantu dengan alat peraga berupa gambar-gambar proses artikulasi bunyi-bunyi bahasa, dan dengan analisis kontrastif dua sistem bunyi bahasa.

 

Sumber

Anis Ibrahim. Al Ashwat Al Lughowiyahi. Mesir: Maktabah an-Nahdlah.

Badri dan Ibrahim, Kamal. 1985. At-Thuruq Al-‘Ammah Fi Tadris al-Lughah al-Arabiyyah. Ma’had al-‘Ulum al-Islamiyyah wa Al-Arabiyyah bi Indonesia : Jami’ah al-Imam Muhammad bin Suud al-Islamiyah.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Sayuti Anshari Nasution Ahmad. 2015 Bunyi Bahasa; ‘ilm al- Ashwat alArobiyyah. Jakarta: Amzah Bumi Aksara.


0/Post a Comment/Comments