pkptiainpekalongan~ Kalimat tasawuf diduga berasal dari kata shafa yang artinya bersih, atau dari kata suf yang artinya woll, merujuk ke pakaian sederhana para sufi terdahulu. Ajaran Islam mengenal pembidangan aqidah, syariah, akhlak, atau pembidangan islam, iman, dan ihsan. Dalam perspektif ini maka tasawuf berada dalam bidang akhlak atau ihsan.
Relevansi tasawuf dengan problem manusia modern adalah karena tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syari’ah sekaligus. Ia bisa dipahami sebagai pembentuk tingkah laku melalui pendekatan tasawuf suluky, dan bisa memuaskan dahaga intelektual melalui pendekatan tasawuf salafy. Ia bisa diamalkan oleh setiap muslim, dari lapisan sosial manapun dan di tempat manapun. Secara fisik mereka menghadap satu arah, yaitu Ka’bah, dan secara ruhaniah mereka berlomba-lomba menempuh jalan (tarekat) melewati ahwal dan maqam menuju kepada Tuhan yang Satu, Allah S.W.T.
Ilmu Tasawuf merupakan media yang dapat mengantar manusia mengenal penciptanya secara cepat, tepat dan dapat berhubungan dengan terus menerus. Untuk mencapai tujuan tersebut maka mereka mengunakan instrument rasa (dzouq). Disamping itu, juga ada pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf adalah ilmu yang berkaitan erat dengan taqwa, memelihara diri dari kesalahan, memakai pakaian wool kasar. Pendapat yang ekstrim lagi adalah menempatkan tasawuf sebagai sumber kesesatan dan zindik.
Pengembaraan spiritual seseorang mencari Tuhan (salik) tidak mungkin dilaksanakan, kecuali setelah melewati proses penyucian hati. Untuk mendapatkan kebersihan hati maka langkah utama adalah menjalani proses :
· Pertama, Takhalli, yaitu penyucian hati dari sifat-sifat tercela, baik tercela dalam pengertian akhlak dzahir demikian juga halnya pembersihan hati dari akhlak batin, misalnya taubat, zuhud, dan wara’.
· Kedua, Tahalli, yang memenuhi hati dengan sifat terpuji seperti shabar, tawakal, faqir, taqwa, dan ridha.
· Ketiga, Tajjali, yaitu adanya bukti konkrit hubungan manusia dengan Tuhan bisa dalam bentuk ma’rifah, mahabbah, uns, wajd dan lainnya. Menurut Al-Kalabazi ada sepuluh maqam, yaitu taubat, zuhud, shabar, faqir, tawadhu’, taqwa, tawakkal, ridha, mahabbah dan ma'rifah. Al-Thusi mengajukan tujuh maqam, yaitu taubat, sabar, faqir, zuhud, tawakkal, mahabbah, ma’rifah, ridha. Al-Ghazali menyebut delapan maqam, yaitu taubat, shabar, faqir, zuhud, tawakal, mahabbah, ma’rifah dan ridha.
Pada diri manusia terdapat dua hal yang sangat pokok, yaitu jasmani dan rohani, keduanya memiliki kebutuhan masing-masing. Jasmani memerlukan makan, minum, berpakaian, pelampiasan syahwat, tempat tinggal dan lain-lain. Sedangkan unsur rohani yang ada pada diri manusia memerlukan ketenangan hati, kedamaian, kesejahteraan akan tetapi kebahagian yang hakiki menurut para kalangan sufi kesucian hati dengan melalui kedekatannya kepada tuhan.
_________
Referensi : Berbagai Sumber.
Karya : Nur Afina Laelatul Ni'ma
Asal : Jenggot, Pekalongan
Sumber : Lembaga Pers dan Jurnalistik
Design : Tim PERJUN
Editor : Tim PENA
Post a Comment