MAKALAH TES BAHASA ARAB | MAKALAH | PKPT IPNU IPPNU IAIN PEKALONGAN

 

MAKALAH

TES BAHASA ARAB

Dosen pengampu : ........................

 

 

LOGO

 

 

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa (Nomor Induk Mahasiswa)

atau

Kelompok :

1.      Nama Mahasiswa (Nomor Induk Mahasiswa)

2.      Nama Mahasiswa (Nomor Induk Mahasiswa)

3.      Nama Mahasiswa (Nomor Induk Mahasiswa)

4.     Nama Mahasiswa (Nomor Induk Mahasiswa)

 

 

Kelas.... 

JURUSAN ...............

FAKULTAS ...........................................

UNIVERSITAS/ INSTITUT/SEKOLAH TINGGI..........

Kota/ Kabupaten

TAHUN

 

KATA PENGANTAR

 

Segala puji bagi Allah subhanahu wa taala, Tuhan semesta alam. Syukur Alhamdulillah karena dengan rahmat, hidayah dan anugerah Allah, sehingga makalah dengan judul “Judul".

Di dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapat bantuan dan dorongan semangat oleh beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Nama Dosen selaku dosen pengampu mata kuliah Mata Kuliah.

2. Petugas perpustakaan yang telah memberikan fasilitas referensi buku.

3. Teman-teman yang selalu memotivasi.

Walaupun penyusunan makalah ini memakan waktu cukup lama, mengingat luasnya cakupan pembahasan materi ini, kami menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan dari semua pihak sehingga kesalahan dan kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada penyusunan makalah berikutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya penyusun. Semoga Allah senantiasa menuntun kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amiin.

 

 

 

 

Kota, tgl bulan tahun

 

 

 

                                  Penyusun

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran khususnya Bahasa Arab, objek ini bias berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Tes disini merupakan bagian tersempit dari penilaian.[1]

Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.

Maka dari itu, dalam pembelajaran bahasa Arab diperlukan adanya tes yang berguna untuk menindaklanjuti proses pembelajaran dengan memberikan stimulus berupa beberapa pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik atau mengungkap aspek tertentu dari peserta didik terkait dengan pembelajaran bahasa Arab yang telah dilakukan.

Berangkat dari adanya pembelajaran, maka kelompok kami akan mengkaji tentang tes Bahasa Arab.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa itu tes Bahasa Arab?

2.      Bagaimana pendekatan tes Bahasa Arab?

3.      Apa saja jenis-jenis tes Bahasa Arab?

 

C.    Tujuan Penulisan

Berangkat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembahasan kali ini adalah sebagai berikut:

1.      Mahasiswa mampu mengetahui tes Bahasa Arab

2.      Mahasiswa mampu mengetahui pendekatan tes Bahasa Arab

3.      Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis tes Bahasa Arab


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Tes Bahasa

Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan sebagai cara untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau kelompok individu, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan satu sama lain.

Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik.[2]

Sedangkan Tes Bahasa Arab dapat didefinisikan sebagai sejumlah pernyataan atau pertanyaan  mengenai materi bahasa Arab, yang dirancang sedemikian rupa agar dijawab oleh peserta didik, dan dari jawabannya itu dapat diketahui dan diukur tingkat prestasi dan kemajuan mereka dalam program pembelajaran bahasa Arab.

Menurut M. Soenardi Djiwandoni, pengertian dan penggunaan tes bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa, tidak dengan pengetahuan tentang bahasa. Tes yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan tentang bahasa seperti pengetahuan tentang tata bahasa, bentuk kata, bunyi bahasa, dan sebagainya, meskipun ada hubungan dengan bahasa, bukan merupakan tes bahasa.[3]

 

B.     Pendekatan Tes Bahasa

1.      Pendekatan Diskret

Pendekatan diskret dalam tes kemampuan berbahasa bersumber pada pendekatan structural dalam kajian kebahasaan yang dipelopori oleh Robert Lado yaitu pada tahun 19618. Dalam pendekatan struktural, bahasa dianggap sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi, dan terdiri dari komponen-komponen bahasa, meliputi komponen bunyi bahasa, kosa-kata, dan tata bahasa. Komponen-komponen itu tersusun secara berjenjang menurut suatu struktur tertentu. Dalam struktur itulah, bagian-bagian kecil bersama-sama membentuk bagian-bagian yang lebih besar, bagian-bagian lebih besar membentuk bagian-bagian yang lebih besar lagi, dan demikian selanjutnya, sampai terbentuknya bahasa sebagai struktur terbesar.[4]

Pendekatan diskret merupakan satu bentuk tes yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap satu, dan hanya satu jenis kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Dalam pengertian itu, suatu bentuk tes bahasa hanya dapat merupakan salah satu dari tes menyimak, tes berbicara, tes membaca, tes menulis, atau tes bunyi bahasa, tes kosa-kata, dan tes tata bahasa. Secara lebih ketat, pendekatan diskret dalam tes bahasa bahkan menjurus kepada pengertian bahwa satu butir tes seharusnya hanya mempermasalahkan satu dan hanya satu hal saja dan masing-masing aspek kemampuan berbahasa atau komponen bahasa.[5]

2.      Pendekatan Integratif

Pendekatan ini mengukur kemampuan seseorang dalam menggunakan berbagai aspek kebahasaan maupun keterampilan dalam sekali waktu melaksanakan evaluasi, sehingga dalam pendekatan ini seseorang dalam tes dituntut untuk mengerahkan segala kemampuan bahasanya secara simultan ketika menjawab butir soal.[6] Tes intergratif merupakan tes kemampuan berbahasa yang melibatkan berbagai komponen bahasa secara terpadu. Tes integratif muncul sebagai koreksi terhadap kelemahan tes diskret. Jika dalam tes diskret butir tes hanya mengukur satu aspek atau keterampilan berbahasa saja secara terpisah, namun dalam tes integrarif butir tes mengukur kemampuan tes dalam berbagai aspek bahasa. Dalam tes integratif, ada beberapa unsur kebahasaan atau keterampilan berbahasa yang harus harus dilibatkan, dan itu dipadukan. Dalam satu kali tes minimal ada dua aspek atau keterampilan yang diukur. Aspek-aspek kebahasaan tersebut tidak saling dipisahkan, melainkan dipadukan sehingga ada keterkaitan antar unsur atau antar keterampilan.

Pendekatan tes integratif dalam pembelajaran bahasa Arab bisa dilakukan dengan bentuk-bentuk misal: tes menyusun kalimat (tartib al-mufradat), menafsirkan dan memahami wacana singkat yang dibaca atau didengar (fahm al-maqru wa al-masmu’), menyusun kalimat-kalimat yang disediakan menjadi paragraf (tartib al-jumal), menempatkan mufradat yang tepat sesuai dengan aturan gramatika nahwiyah tertentu, menentukan kedudukan kata/frase dalam sebuah kalimat dan lain-lain.[7]

3.      Pendekatan Pragmatik

Pendekatan pragmatik mengutamakan peranan penggunaan bahasa senyatanya dalam kajian terhadap bahasa, termasuk tes bahasa. Dalam pendekatan ini, bahasa tidak ditinjau dari struktumya dengan menunjukkan adanya struktur yang berlapis dan bertingkat sampai ke bagian-bagiannya yang terkecil, seperti pada pendekatan diskret. Bahasa tidak juga didekati sebagai penggabungan bagian-bagian terkecil secara berlapis dan bertingkat dalam  mewujudkan bahasa, seperti pada pendekatan integratif. Pendekatan pragmatik mengaitkan bahasa dengan penggunaan senyatanya, tidak hanya melibatkan unsur-unsur kebahasaan seperti kata-kata, frase, atau kalimat, melainkan unsur-unsur di luarnya juga, yang selalu terkait dalam setiap bentuk penggunaan bahasa.[8]

Pendekatan prakmatik berangkat dari pandangan bahwa bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar pengguna bahasa. Oleh karena itu, seseorang dinyatakan memiliki kemampuan berbahasa apabila dia mampu menggunakan bahasa tersebut dengan baik dalam konteks yang sesungguhnya.[9] Ada berbagai hal di luar bahasa yang berpengaruh terhadap pemilihan wujud bahasa dalam berkomunikasi, dan itulah yang disebut sebagai faktor penentu atau pragmatik. Faktor pragmatik itu ada banyak jenisnya, misalnya siapa yang berkomunikasi, apa tujuan komunikasi, masalah yang dikomunikasikan, tingkat formalitas ketika komunikasi terjadi, dan lain-lain.[10]

Namun demikian, pada prakteknya tidak mudah mengreasikan pembelajaran bahasa yang benar-benar kontekstual dan komunikatif. Artinya, pembelajaran “penggunaan bahasa”, kemampuan berbahasa, masih saja artifisial, tetapi hal tersebut  sudah lebih baik dari pada yang benar-benar diskret dan terisolasi. Tes diskret hanya bertujuan mengukur pengetahuan tentang sistem bahasa. Sedangkan tes bahasa, pendekatan pragmatik mendasari penggunaan beberapa jenis tes tertentu, khususnya: dikte, tes cloze, pemahaman parafrase, jawaban pertanyaan (answering questions), wawancara, menulis, bercerita, dan menerjemahkan.

4.      Pendekatan Tradisional

Pendekatan tes ini dikaitkan dengan bentuk pembelajaran bahasa yang masih menggunakan sistem tradisional, di mana masih banyak digunakan dalam kurun waktu, ketika belum banyak pembelajaran yang pengembangan dan penyelenggaraannya didasarkan pada kajian yang cukup terhadap seluk beluk bahasa. Sehingga dalam pelaksanaan tesnya juga dilakukan secara tradisional. Artinya, tidak menggunakan suatu teori bahasa tertentu sebagai dasar dan tidak ada patokan tertentu sebagai standar penilaian.[11]

Dalam pendekatan tradisional, tes bahasa diselenggarakan tanpa mengacu kepada teori kebahasaan tertentu sebagai dasar. Penerapannya tidak menuntut kemampuan khusus dalam bidang tes bahasa, sehingga siapa yang mampu mengajarkan bahasa maka dianggap mampu pula menyelenggarakan tes bahasa. Bahan yang digunakan dalam tes banyak merujuk kepada karya sastra, dan bentuk tes yang banyak dipakai khususnya meliputi terjemahan, atau menulis essay. Itulah sebabnya pendekatan tradisional ini sering juga disebut dengan pendekatan essay dan terjemahan.[12]

5.      Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari secara nyata. Seperti halnya pendekatan pragmatik, pendekatan komunikatif meninggalkan pendekatan diskret yang struktural, dan pendekatan integratif yang pada dasarnya masih juga struktural. Sebagai suatu pendekatan dengan orientasi psikolinguistik dan sosiofinguistik, pendekatan komunikatif mementingkan peranan unsur-unsur non-kebahasaan, terutama unsur-unsur yang terkait dengan terlaksananya komunikasi yang baik. Namun, berbeda dengan pendekatan pragmatik yang menekankan peranan konteks dalam penggunaan dan pemahaman bahasa, pendekatan komunikatif memperluas unsur konteks itu dengan memperhatikan unsur-unsur yang mengambil bagian dalam terwujudnya.[13]

6.      Pendekatan Autentik

Pendekatan autentik merupakan pendekatan penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh pendidik tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, dan menunjukan secara tepat bahwa kompetensi yang diharapkan sudah dikuasai. [14]

Penilaian autentik merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pembelajaran. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, dan mencerminkan masalah dunia nyata. Penilaian autentik dilakukan lewat berbagai cara (model), menyangkut berbagai ranah. Penilaian otentik dapat berarti dan sekaligus menjamin: objektif, nyata, konkret, benar-benar hasil tampilan siswa, dan akurat serta bermakna. Beberapa contoh penilaian autentik adalah portopolio, performa, penilaian diri sendiri (self assessment). [15]

 

C.    Jenis-Jenis Tes Bahasa

Tes   bahasa   dapat   dikelompokkan   menjadi   beraneka   ragam   jenis   tes berdasarkan berbagai kriteria pengelompokannya.  Misalnya, berdasarkan kriteria tujuan pelaksanaan tes, waktu pelaksanaan, cara menjawab soal, kriteria bentuk jawaban dan cara penilaian atau   pemberian skor, dan lain-lain.[16]

1.      Tes Bahasa berdasarkan tujuan pelaksanaan

a.       Tes seleksi (selection test)

Tes seleksi (selection test) sering disebut tes masuk. Tujuan tes ini dilaksanakan adalah untuk menentukan penerimaan seseorang sebagai peserta suatu program pembelajaran berdasarkan pertimbangan akademik. Tes seleksi ini dilaksanakan untuk menyeleksi seseorang yang memiliki tingkat kemampuan dalam bidang kajian pokok lembaga pembelajaran yang mencukupi untuk dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. tingkat kemampuan yang dipersyaratkan itu mencerminkan tingkat kemampuan minimum yang perlu dimiliki untuk dapat mengikuti dengan baik kegiatan pembelajaran dilembaga yang dimasukinya .  Hal itu menuntut penggunaan tes seleksi yang dikembangkan, disusun, diselenggarakan, dan diproses secara objektif dan profesional yang mampu memberikan informasi yang akurat tentang tingkat kemampuan peserta tes dalam bidang kajian pokok program pembelajaran yang akan diikutinya.

b.      Tes penempatan (placement test)

Tujuan utama penempatan dimaksudkan untuk menempatkan peserta tes yang telah dinyatakan lulus seleksi pada kelompok yang sesuai berdasarkan tingkat kemampuan akademiknya. penyelenggaraan tes penempatan mengasumsikan bahwa terdapat lulusan tes seleksi dalam jumlah yang terlalu besar untuk disatukan dalam satu kelompok untuk itu perlu dibentuk kelompok-kelompok kecil . Besarnya selisih antara skor seorang peserta dengan skor minimum kelulusan itu dapat digunakan sebagai dasar untuk menempatkan peserta yang bersangkutan dalam kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Ada kalanya kelompok dibentuk dari orang yang beragam, tidak harus terdiri dari mereka yang memiliki tingkat kemampuan yang sama atau hampir sama sehingga menghasilkan kelompok pandai dan kelompok kurang pandai. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kelompok-kelompok yang lebih hidup,lebih dinamis, lebih bervariasi dan lebih baik.

c.       Tes kemampuan (proficiency test/ikhtibar al-ijadah aw ikhtibar al-kafaah)

Tes profisiensi bahasa (ikhtibar al-kafâ‟ah fi al-lughah al-Arabiyyah) adalah tes yang tidak dimaksudkan untuk menguji pemerolehan kebahasaan peserta didik dan tidak terkait dengan kurikulum, buku ajar dan masa program belajar tertentu, melainkan menguji kompetensi dan keterampilan bahasa peserta didik secara umum. Yang termasuk jenis tes ini adalah TOEFL (Test of English as a Foreign Language) atau TOAFL (Test of Arabic as a Foreign Language).

d.      Tes hasil belajar (achivement test/ al-ikhtibar al-tahshili)

Penyusunan dan penggunaan tes hasil belajar senantiasa terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Tes hasil belajar senantiasa didasarkan atas bagian-bagian bahan pembelajaran yang dipilih dari seluruh bahan pembelajaran yang telah dipelajari dalam jangka waktu tertentu. tujuan tes ini bagi pembelajar adalah untuk memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan belajarnya dalam upaya menguasai kemampuan yang telah ditetapkan sebagai sasaran pembelajaran. Bagi penyelenggara program pembelajaran tes ini untuk memberikan indikasi tentang tingkat keberhasilannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

e.       Tes bakat/kesiapan berbahasa (aptitude test/ ikhtibar al-isti’dad al-lughowi)

Sasaran tes bakat adalah kemampuan yang secara potensial memungkinkan seseorang untuk mempelajari suatu bidang seperti kemampuan bahasa yang dikenal sebagai bakat bahasa (language aptitude). Tes bakat digunakan sebagai alat seleksi, diagnosis, atau melakukan prediksi terhadap peluang keberhasilan sebelum mengikuti suatu program pengajaran. Bakat bahasa dikaitkan dengan kemampuan membedakan dan mengingat bunyi-bunyi bahasa, kepekaan tata bahasa dalam bentuk mengenali fungsi tata bahasa dari kosakata, kemampuan untuk mengingat-ingat bunyi bahasa dan kaitannya dengan makna serta kemampuan mempelajari pola-pola bahasa.[17]

 

2.      Tes Bahasa berdasarkan waktu pelaksanaan

a.       Tes kecepatan (speed test)

Speed test adalah tes dengan batasan waktu tertentu dalam pengerjaannya. Speed test memuat struktur tes yang memiliki kesukaran yang seragam. Dalam speed test peserta tes diharapkan menjawab semua tes yang diberikan dengan rentang waktu yang cepat, sehingga peserta tes bisa memperoleh nilai maksimal. Dalam speed test bukan berarti tes berlomba menyelesaikan tes dengan cepat, tetapi menyelesaikan tes dengan tepat dan dengan waktu yang terbatas.[18]

b.      Tes kemampuan (Power test)

power test dilaksanakan dengan tidak adanya batasan waktu dalam mengerjakan tes tersebut untuk mengungkapkan kemampuan seseorang secara maksimal atau menyeluruh.[19]

c.       Pretes (Pretest)

Pretes dilaksanakan menjelang atau pada awal penyelenggaraan suatu program pembelajaran untuk mengukur tingkat kemampuan awal peserta tes sebelum atau pada awal kegiatan pembelajaran.

d.      Postes (Posttest)

Postes dilaksanakan menjelang atau pada akhir penyelenggaraan program pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan diakhir program pembelajaran.

e.       Tes formatif (Formative test)

Tes formatif dilaksanakan beberapa kali selama jangka waktu penyelenggaraan pembelajaran, misalnya setiap setengah bulan atau setiap bulan dengan cakupan bahan yang berbeda sesuai dengan bahan ajar  yang telah terselesaikan.

f.       Tes sumatif (Sumatif test)

Tes sumatif dilaksanakan menjelang atau pada akhir penyelenggaraan program pembelajaran yang merupakan bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap keberhasilan seluruh program pembelajaran yang telah dilaksanakan.[20]

 

3.      Berdasarkan cara menjawab

Dilihat dari cara menjawab soal, tes bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :[21]

a.    Tes tertulis

Tes tertulis merupakan tes yang cara menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal dilakukan secara tertulis. Sedangkan cara memberikan pertanyaan bisa dalam bentuk tertulis dan juga bisa dalam bentuk lisan. Tes tertulis ini dapat diberlakukan baik untuk tes pemahaman unsur bahasa Arab (seperti bunyi, kosakata, struktur kalimat), maupun untuk tes keterampilan berbahasa (seperti menyimak, membaca, menulis).

b.    Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang cara menjawab pertanyaan atau mengerjakan soalnya dilakukan secara lisan. Tes lisan ini sangat tepat untuk mengukur kemampuan berbicara, baik dari aspek ketepatan qowaid dan pilihan mufrodatnya, kefashihan dalam melafalkan kata, ketepatan dalam memberikan informasi, serta intonasi. Selain itu tes lisan dapat pula digunakan ungtuk mengukur kemampuan membaca, mencakup pemahamn isi teks, kelancaran membaca, kefasihan dalam melafalkan kata, intonasi, dan kelancaran membaca. Bisa juga untuk mengukur kemampuan menyimak, terkait dengan kemampuan merespon secara lisan tentang pertanyaan atau wacana lisan.

4.      Berdasarkan kriteria bentuk jawaban

Kriteria bentuk jawabaan ada dua, yaitu :

a.       Tes subjektif

Tes subjektif ini bermacam-macam bentuknya, yaitu :

1)      Bentuk uraian terbatas adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi), dibedakan menjadi dua, yaitu :

a)      Tes ingatan sederhana, dimana bentuk jawaban dari pertanyaan yang menggunakan kata-kata كيف, اين, كم dan lain-lain.

Contoh soal : كَيْفَ حَالُك يَا مُحَمَّد ؟

Jawaban :  بِخَيْر وَالحَمْدُ لِلَّه

b)      Tes dengan jawaban pendek, bentuknya berupa penyusunan kalimat dan pemberian definisi.[22]

Contoh soal penyusunan kalimat : علي – الكتاب – المكتب – هذا

Jawaban : هذا الكتلب علي المكتب

2)      Bentuk uraian bebas atau terbuka, dimana testee (pihak yang sedang dikenai tes) mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.[23]

b.      Tes objektif

Tes objektif ini memiliki bermacam-macam bentuk, yaitu:[24]

1)      Tes menjodohkan

Jenis tes ini adalah terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban tersebut.

2)      Tes benar-salah

Jenis tes ini adalah pertanyaan berupa aneka ragam pernyataan, pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah.

3)      Tes pilihan ganda

Jenis tes ini terdiri dari keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan.

4)      Tes isian singkat/melengkapi

Jenis tes ini terdiri dari kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya dihilangkan, bagian yang dihilangkan tersebut harus diisi oleh peserta didik. 

5.      Berdasarkan cara penilaian

Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).[25]

a.       Tes acuan kriteria

Tes acuan kriteria adalah tes yang cara penskorannya dilakukan dengan membandingkan skor hasil belajar setiap peserta didik dengan tingkat pencapaian kompetensi dalam tujuan instruksional. Dalam pengukuran ini peserta didik dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan pembelajaran. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang peserta didik harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh peserta didik lain dalam kelasnya.[26]

b.      Tes acuan norma

Tes Acuan Norma adalah tes yang cara penskorannya dilakukan dengan cara membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya. Tes acuan norma ini mencoba membandingkan skor mentah peserta didik dengan sesama peserta didik dalam kelompok/kelasnya sendiri.

Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif.[27]

 


 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ainin, M. 2006. Metodologi Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: CV Bintang Sejahtera.

Alfath, Khairuddin. “Teknik Pengolahan Hasil Asesmen: Teknik Pengolahan dengan Menggunakan Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP)”. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Vol. 8, No. 1 (Juni, 2019): 1-28.

Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran, Bandung: ITB

Djiwandono, S. 2008. Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT. Indeks.

Mahendra, I Wayan Eka. “HOTS-Speed Test untuk Meningkatkan Kemampuan  Penalaran Analisis Peserta didik”. Aksioma, Vol. 10, No. 1 (Juli 2019): 95-101.

Maimun. “Strategi Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran Bahasa Arab”. Okara, Vol. 2, No. 6 (November 2016): 244-260.

Munip, A. 2017. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ngalimun. 2017. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu.

Rapono, Muhammad. Safrial dan Candra W.  , “Urgensi Penyusunan Tes Hasil Belajar: Upaya Menemukan Formulasi Tes Yang Baik dan Benar”. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, Vol. 11, No. 1 (2019): 95-104.

Ratnawulan, Elis dan Rusdiana. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: tanpa penerbit.

Shalihah, S.  “Hakikat Tes Bahasa Arab di Jurusan PGMI”. Primary, Vol. 4, No. 1 (Juni 2012): 103-116.

Sudrajat, D. “Hasil Belajar Grammatika Dengan Mengunakan Tes Diskret, Pragmatik Dan Komunikatif Mahasiswa Semester I  Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris  Universitas Kutai Kartanegara”. Jurnal Intelegensia,  Vol. 1, No. 1 (April 2016): 49-65.

Suharman. “Tes sebagai Alat Ukur Prestasi Akademik”. ”, At-Ta’dib, Vol. 10, No. 1 (Juni 2018): 93-115.

Widoyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zaim, M. 2016. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Kencana.

Zulhanan. 2014. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

 



[1] Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 45

[2] Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2017), hlm. 92.

[3] M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran, (Bandung: Penerbit ITB, 1996), hlm. 2.

[4] Didi Sudrajat, “Hasil Belajar Grammatika Dengan Mengunakan Tes Diskret, Pragmatik Dan Komunikatif Mahasiswa Semester I  Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris  Universitas Kutai Kartanegara”, Jurnal Intelegensia, Vol. 1, No. 1 (April 2016): 53.

[5] Siti Shalihah, “Hakikat Tes Bahasa Arab di Jurusan PGMI”, Primary, Vol. 4, No. 1 (Juni 2012): 105-106.

[6] Maimun, “Strategi Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran Bahasa Arab”, Okara, Vol. 2, No. 6 (November 2016): 253.

[7] Abdul Munip, Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017), hlm. 110-111.

[8] Didi Sudrajat, “Hasil Belajar Grammatika Dengan Mengunakan Tes Diskret....hlm. 55.

[9] M. Zaim, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 102. 

[10] Abdul Munip, Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab...hlm. 115-124.

[11] Maimun, “Strategi Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran Bahasa Arab,....hlm. 252. (244-260)

[12] Siti Shalihah, “Hakikat Tes Bahasa Arab di Jurusan PGMI”,....hlm. 105.

[13] Didi Sudrajat, “Hasil Belajar Grammatika Dengan Mengunakan Tes Diskret....hlm. 56.

[14] M. Zaim, Evaluasi Pembelajaran Bahasa....hlm. 105. 

[15] Abdul Munip, Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab....hlm. 126.

[16] M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran,... hlm. 16.

[17] Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2008), hlm. 85-90.

[18] I Wayan Eka Mahendra, “HOTS-Speed Test untuk Meningkatkan Kemampuan  Penalaran Analisis Peserta didik”, Aksioma, Vol. 10, No. 1 (Juli 2019): 95.

[19] Suharman, “Tes sebagai Alat Ukur Prestasi Akademik”, At-Ta’dib, Vol. 10, No. 1 (Juni 2018): 97.

[20] Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa,....hlm. 91-95.

[21] Moh. Ainin, Metodologi Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: CV Bintang Sejahtera, 2011), hlm. 115-116

[22] Zulhanan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 125-126.

[23] Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran,....hlm. 97.

[24] Zulhanan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif,....hlm. 127-128.

[25] Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: tanpa penerbit, 2014), 163.

[26] Muhammad Rapono, Safrial, dan Candra Wijaya, “Urgensi Penyusunan Tes Hasil Belajar: Upaya Menemukan Formulasi Tes Yang Baik dan Benar”, JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, Vol. 11, No. 1 (2019): 97.

[27] Khairuddin Alfath, “Teknik Pengolahan Hasil Asesmen: Teknik Pengolahan dengan Menggunakan Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP)”, Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Vol. 8, No. 1 (Juni, 2019): 10-12.


[Pena Team]

1/Post a Comment/Comments

Post a Comment