SEKILAS TENTANG ASWAJA | ARTIKEL KEILMUAN | PKPT IPNU IPPNU IAIN PEKALONGAN

pkpt | ipnu | ippnu | iain pekalongan | Aswaja | Ahlussunah Wal Jama'ah | nu

Karya : Indana Zulfa


PELAJARNUIAINPEKALONGAN~ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, atau biasa kita kenal dengan Aswaja merupakan satu-satunya dari tujuh puluh tiga golongan umat islam yang akan masuk surga sesuai yang disabdakan Rasululah SAW. Lalu sebenarnya, orang-orang seperti apakah yang disebut sebagai Aswaja ? jika kita lihat, Aswaja atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari kata bahasa arab :

1. اَهْلٌ, yang artinya sekelompok orang atau golongan.

2. السُّنُّةُ, yang artinya segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah baik ucapannya, perilakunya, ataupun sikap diamnya (taqrir) terhadap sesuatu.

3. الْجَمَاعَةُ, artinya sekelompok orang yang berkumpul dalam satu tujuan atau kaum yang bersepakat dalam suatu masalah. Kata الْجَمَاعَةُ sendiri merujuk kepada para sahabat dan tabi’in yang senantiasa menjalankan sunnah Rasulullah SAW.

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang atau golongan yang senantiasa mengikuti sunah Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam prakteknya sendiri, Aswaja sebenarnya sudah ada sejak masa Rasulullah.

Namun, istilah ini mulai popular saat pemerintahan khalifah Al-Makmun, di mana pada saat itu paham muktazilah ditetapkan sebagai paham resmi negara. Aliran Muktazilah, dalam cara berfikirnya dipengaruhi oleh ilmu dan falsafat Yunani. Sehingga, terkadang mereka terlalu berani menafsirkan Al-Qur’an sejalan dengan akalnya. Aliran Muktazilah menganggap Al-Qur’an sebagai makhluk bukan fiman Allah SWT. Semenjak itulah para ulama’ yang mengutamakan dalil al-Qur’an dan Hadits namun tetap menghargai akal pikiran mulai memasyarakatkan cara dan sistem mereka di dalam memahami agama. 

Kelompok ini kemudian disebut kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah. Dalam sejarahnya, kemunculan kelompok-kelompok teologis islam dipicu oleh masalah politik tentang siapakah yang berhak menjadi pemimpin umat Islam setelah kewafatan Rasulullah.

Aswaja memiliki pandangan bahwa pemimpin tertinggi umat Islam ditentukan secara musyawarah, bukan turun-temurun pada keturuan Rasulullah SAW sebagaimana pandangan Syiah. Aswaja memandang keseimbangan fungsi nalar dan wahyu, tidak memposisikan wahyu di atas nalar sebagaimana pandangan Mu’tazilah. Aswaja melihat manusia memiliki kekuasaan terbatas (kasb) dalam menentukan perbuatan-perbuatannya, bukan semata dikendalikan oleh kekuatan absolut di luar dirinya sebagaimana pandangan Jabariyah atau bebas absolut menentukan perbuatannya sebagaimana pandangan Qadariyah.

Dalam bidang aqidah Aswaja menganut Imam Abu Mansur Al-Maturidi yang bisa dikenal dengan Al-Maturidiyah, atau Imam Abu Hasan Al-Asy’ari atau biasa dikenal dengan Al-Asy’ariyah. Sedangkan dalam penggalian hukum fiqih, menganut salah satu dari empat imam madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali. Dan dalam hal tasawuf, menganut Imam Al-Ghazali dan Imam Abu Junaid Al-Baghdadi.

Aswaja sekarang ini menjadi mayoritas umat Islam yang tersebar mulai dari Indonesia hingga Maroko. Ajaran Aswaja menekankan sikap keberagamaan yang toleran (tasamuh), seimbang (tawazun), moderat (tawassuth) dan konsisten pada sikap adil (i’tidal). Ciri khas sikap beragama seperti inilah yang menjadi kekayaan arus besar umat Islam Indonesia yang menjamin kesinambungan hidup Indonesia sebagai bangsa yang plural dengan agama, suku dan kebudayaan yang berbeda-beda.

Saat ini maupun di masa depan Aswaja memiliki dua tantangan besar, yaitu kekuatan liberal di satu pihak dan kekuatan Islam politik garis keras di pihak yang lain. Kekuatan liberal lahir dari sejarah panjang pemberontakan masyarakat Eropa (dan kemudian pindah Amerika) terhadap lembaga-lembaga agama sejak masa pencerahan (renaissance) yang dimulai pada abad ke-16 masehi. Dari pemberontakan ini lahir pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama, melahirkan modernitas, satu struktur masyarakat kapital, dan arus globalisasi. Sedangkan, Islam politik garis keras menghilangkan watak dasar Islam khususnya Aswaja yang ramah dan menyebar rahmat bagi seluruh alam semesta. 

Dua ancaman inilah yang mengharuskan Aswaja di Indonesia untuk mengkonsolidasi diri, merapatkan barisan, memvitalkan kembali modal nilai-nilai luhur yang diturunkan dari ajarannya dan pengalaman sejarahnya.

2/Post a Comment/Comments

  1. Terima Kasih... Jangan lupa kunjungi kami terus, setiap hari jam 07:00 WIB akan ada upload-an baru dari kami...

    ReplyDelete

Post a Comment