PELAJARNUIAINPEKALONGAN~ Telah terlaksana kegiatan Diskusi
Pelajar Putri (SIJARI) yang di selenggarakan oleh PC IPPNU Kota Pekalongan. Kegiatan ini dilaksanakan di Padepokan Ki Ageng Setu, Jenggot Kec. Pekalongan Selatan Kabupaten Pekalongan pada hari Ahad, 24 Januari 2021 pukul 19:30-22:30 WIB, dengan tema "Apakah Muslimah Butuh Kesetaraan Gender?".
Peserta diskusi berasal dari Pimpinan Anak Cabang (PAC), dan Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Se-Kota Pekalongan. Adapun Pematerinya yaitu ada dua, yang pertama adalah Abdul Azim, M. Pd. (Ketua LAKPESDAM PCNU Kota Pekalongan) dan yang kedua yaitu Widad Diana, S.Pd. (Co-Founder Komunitas Langkah Muslimah).
PKPT IPPNU IAIN Pekalongan mendelegasikan 3 orang yang terdiri dari Ketua (Isna Nurul Aini), Wakil Ketua III Departemen Pendidikan Dakwah (Nila Sesi Mareta), dan Anggota Departemen Olahraga, Seni, dan Budaya (Isma Silvia Putri).
Mengapa mengangkat tema tersebut? Karena banyaknya muslimah yang salah dalam mengartikan kata”gender” atau “kesetaraan gender” dan menjadi pertanyaan bagi beberapa muslimah yakni apakah seorang muslimah membutuhkan kesetaraan gender.
Pemateri
1 menjelaskan bahwa Gender dan jenis kelamin itu berbeda. Gender adalah
perbedaan laki-laki dan perempuan yang idbangun secara sosio-kultural yang
berhubungan dengan peran dan perilaku yang dianggap layak bagi laki-laki dan
perempuan yang dapat dipertukarkan. Sedangkan Jenis kelamin adalah perbedaan
bioilogis laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kondisi yang sama dalam
memperoleh kesempatan.
Beliau mengatakan bahwa seorang muslimah butuh kesetaraan gender karena agama Islam telah menyerukan kesetaraan gender, dan negara telah mengeluarkan peraturan untuk adanya pengurusutamaan gender. Contoh : perempuan layak mendapatkan pendidikan yang lebih tingg, karena itu merupakan kesempatan bagi dirinya untuk menjadikan anaknya kelak menjadi generasi yang cerdas.
Pemateri
2 menjelaskan bahwa adanya kesetaraan gender ini dikarenakan tafsiran
Ath-Thabari yang berbunyi : “hawa tercipta dari tulang rusuk adam”, sehingga
berdampak pada pemahaman ketidakadilan gender. Padahal hawa bukan diciptakan
dari adam akan tetapi keduanya tercipta dari diri manusia itu sendiri.
Beliau mengatakan bahwa seorang muslimah butuh kesetaraan gender karena muslimah berhak mendapatkan keadilan, muslimah bisa melakukan apapun sesuai dengan kondisinya. Contoh : perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya, ia bisa menjadi ibu sekaligus pemimpin dalam keluarganya, bisa menjaga anak-anaknya, bahkan menafkahi anak-anaknya.
Sesi
Tanya Jawab
Penanya
:
1. Rekanita Nur Aida (PC
IPPNU Kota Pekalongan)
Saat pelaksanaan kegiatan apapun, ada struktur kepanitiaan yang terdiri dari ketua, sekretaris dan seksi-seksi. Mengapa Seksi konsumsi anggotanya selalu perempuan dan seksi perlengkapan anggotanya selalu laki-laki. Padahal perempuan juga mampu membawa barang-barang seperti pataka, sound. Dan laki-laki juga mampu memasak ataupun menyiapkan makanan. Bagaimana pandangan Mba Widad dan Pak Azim terkait hal tersebut?
Jawaban pemateri 1 : iya benar, dulu waktu saya aktif di organisasi juga di bagian seksi konsumsi, rata-rata perempuan,. Ada laki-laki tapi tidak kerja. Katanya bingung mau bantu apa dan akhirnya cuman ngobrol. Harusnya kasih kesempatan terutama keadilan untuk perempuan sesuai porsinya
Jawaban pemateri 2 : saya mengatakan bahwa kesetaraan gender adalah keadilan gender. Sebenarnya memang benar perempuan bisa melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan laki-laki. Tetapi kalau laki-laki dimasukkan ke seksi konsumsi nanti dia bingung mau ngapain, hehe. Terkadang juga laki-laki tidak tega melihat perempuan yang bawa barang-barang berat seperti pataka, sound.
Sanggahan dari peserta diskusi : berarti kalau seperti itu tidak adil dong pak,hehe. Padahal kita sebagai perempuan juga mampu melakukan hal-hal seperti itu. Dan kenapa perempuan selalu dianggap lemah. Perempuan itu kuat, contoh saja ibu kita beliau kuat dalam masa hamilnya, melahitkan, bahkan merawat kita sampai sekarang.
Tambahan dari peserta diskusi : kita juga pingin merasakan di seksi perlengkapan, tukar posisi gitu. Kita kuat kok.
2. Rekanita Isna Nurul Aini
(Ketua PKPT IPPNU IAIN Pekalongan)
Ada pernyataan bahwa perempuan adalah jenis kelamin inferior, karena fungsi biologis perempuan yaitu hamil dan melahirkan anak. Seorang perempuan akan terhenti begitu berumah tangga, karena dia harus melahirkan dan merawat anak, hingga disimpulkan tempat yng pas yaitu dirumah. Keberadaannya yang hanya dirumah membuatnya secara sosial tidak terlihat” dan menjadi jenis kelamin kedua, sedangkan laki-laki menjadi jenis kelamin utama. Bagaimana pandangan Pak Azim dan Mba widad, apakah perempuan adalah jenis kelamin inferior?
Jawaban pemateri 1 : tidak benar, karena perempuan itu berhak mendapatkan haknya, perempuan bisa mengenyam pendidikan tinggi, tidak hanya dirumah saja utnuk merawat anaknya. Di tempat kerja atau tempat umum harusnya ada ruang laktasi utnuk ibu yang menyusui, karena bicara kesetaran berarti bicara hak juga. Perempuan tidak harus dirumah terus, dia bisa mengembangkan skill nya diluar rumah.
Jawaban pemateri 2 : tidak benar, menurut saya perempuan adalah jenis kelamin superior, bukan inferior. Karena perempuan mampu melakukan hal apapun sesuai keadaannya, perempuan mampu menjadi pemimpin, perempuan mampu menafkahi, perempuan mampu membawa barang-barang berat, perempuan berhak memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan lebih dari inferior yakni superior. Contoh : anak saya yang laki-laki saya sekolahkan S2, jadi anak perempuan saya juga akan saya usahakan untuk sekolah S2 juga. Sedikit demi sedikit saya sedang menerapkan kesetaraan gender di lingkup keluarga saya. Sedang berusaha menjadi orang tua yang adil untuk anak-anaknya.
Tambahan peserta diskusi : saya juga berpendapat demikian pak, mba, bahwa perempuan bukanlah jenis kelamin inferior. Karena perempuan mampu melakukan apa saja, jangan sampai laki-laki menganggap kalau kita makhluk yang lemah. Yang manut dengan laki-laki. Selain ruang laktasi, juga diperlukan pemberlakuan cuti kerja setelah melahirkan. Karena laki-laki tidak tahu rasanya menstruasi tiap bulan dan sakitnya saat melahirkan anak.
Tambahan peserta diskusi : perempuan bukan jenis
kelamin kedua, perempuan juga bisa menjadi laki-laki dengan sebutan jenis
kelamin utama dalam kehidupan ekonomi, politik, intelektual. Perempuan boleh
mendapatkan pendidikan yang tinggi, tidak hanya di rumah saja yang menajdikan
perempuan itu jenis kelamin inferior atau jenis kelamin kedua.
Itulah sedikit ringkasan dari Kegiatan SIJARI, yang diadakan oleh PC IPPNU Kota Pekalongan.
Jangan Lupa Subscribe dan jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tuliskan di Kolom Komentar.
Salam Belajar, Berjuang, Bertaqwa...
Sekian dari Kami
EMOT NO LEMOT
[Irsyad Maulana]
Post a Comment