pelajarnuiainpekalongan~ Diceritakan suatu hari ada seorang Boss sebuah pabrik gula yang terdapat di daerah Cukir, Jombang, Jawa Timur. Dia adalah seorang keturunan Belanda. suatu ketika anak boss itu jatuh sakit. Karena notabene dari orang yang cukup berada, anak itu dibawa ke beberapa Dokter. Namun, tidak ada satu Dokter pun yang bisa menyembuhkan penyakitnya itu, walaupun sudah berbagai cara dilakukan, tapi semuanya tidak membantu.
Akhirnya beliau Hadlratusysyekh KH. Hasyim Asy'ari mendatangi anak tersebut. Dengan ikhlas, sabar, dan ketekunan beliau, anak itu dibacakan doa-doa, dan akhirnya sembuh. Beliau tidak pandang bulu, dan tidak menjadi suatu permasalahan soal agama dan kasta. Maka, sejak itu sang anak menjadi mustami-nya sang Hadlratusysyekh. Itulah sebabnya mengapa beliau disapa “Hadlratusysyekh”, guru para ulama.
Itu karakter yang beliau tanamkan kepada santri dan masyarakat kita. Dan karakter itu beliau pelajari sejak muda, sebagai santri, di beberapa pesantren. Beliau pernah nyantri dan berguru pada seorang ulama kharismatik kenamaan, Syaikhuna Cholil Bangkalan, Madura (wafat 1924). Di masa-masa awal nyantri, kakek Gus Dur ini hanya disuruh angkat air dan mengisi tempayan atau kolam pondok untuk wudhu dan cuci kaki para santri dan jamaah. Akibatnya, banyak waktunya habis untuk mengambil air dan bukan ngaji kitab. Tapi ternyata dengan cara ini sang guru mengajarkan santri kesayangannya itu satu pendidikan karakter untuk belajar mandiri, tekun, ulet, ikhlas, rajin bekerja dan juga untuk menghargai sumber-sumber air sebagai kekayaan alam yang diberikan Tuhan ini, serta memanfaatkannya untuk sebesar-besar kemaslahatan orang banyak.
Semangat terooss Min
ReplyDeleteSemangat terus kakak...
DeleteTerima Kasih atas kunjungannya...
Post a Comment