LANDASAN IPNU-IPPNU DALAM BERFIKIR | ARTIKEL PENDIDIKAN | PKPT IPNU IPPNU IAIN PEKALONGAN



PELAJARNUIAINPEKALONGAN~ Selamat datang kembali di PKPT IPNU IPPNU IAIN Pekalongan. Kali ini kita akan membahas tentang landasan berfikir IPNU-IPPNU. Sebagai kader IPNU-IPPNU kita harus tahu bagaimana cara berfikirnya. Nah, artikel ini berasal dari beberapa sumber ya rekan-rekanita. Sumber utamanya dari hasil KONGRES XIX IPNU yang dilaksanakan di Cirebon. Baik, langsung saja ke pembahasannya.

Sebagaimana ditetapkan dalam khittah 1926, Aswaja (Ahlussunnah wal jamaah AnNahdliyah) adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak bagi warga Nahdliyin. Sikap dasar itu yang menjadi watak IPNU, dengan watak keislaman yang mendalam dan dengan citra keindonesiaan yang matang.

1. Cara Berfikir 

Cara berfikir menurut IPNU sebagai manifestasi ahlussunah wal jama’ah adalah cara berfikir teratur dan runtut dengan memadukan antara dalil naqli (yang berdasar al-Qur’an dan Hadits) dengan dalil aqli (yang berbasis pada akal budi) dan dalil waqi’i (yang berbasis pengalaman). Karena itu, disini IPNU menolak cara berpikir yang berlandaskan pada akal budi semata, sebagaimana yang dikembangkan kelompok pemikir bebas (liberal thinkers) dan kebenaran mutlak ilmu pengetahuan dan pengalaman sebagaimana yang dikembangkan kelompok pemikir materialistis (paham kebendaan). Demikian juga IPNU menolak pemahaman dzahir (lahir) dan kelompok tekstual (literal), karena tidak memungkinkan memahami agama dan kenyataan sosial 51 secara mendalam. 

2. Cara Bersikap 

IPNU memandang dunia sebagai kenyataan yang beragam. Karena itu keberagaman diterima sebagai kenyataan. Namun juga bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan kemajemukan tersebut agar harmonis (selaras), saling mengenal (lita’arofu) dan memperkaya secara budaya. Sikap moderat (selalu mengambil jalan tengah) dan menghargai perbedaan menjadi semangat utama dalam mengelola kemajemukan tersebut. Dengan demikian IPNU juga menolak semua sikap yang mengganggu keanekaragaman atau keberagaman budaya tersebut. Pluralitas, dalam pandangan IPNU harus diterima sebagai kenyataan sejarah. 

3. Cara Bertindak 

Dalam bertindak, Aswaja mengakui adanya kehendak Allah (taqdir) tetapi Aswaja juga mengakui bahwa Allah telah mengkaruniai manusia pikiran dan kehendak. Oleh karena itu dalam bertindak, IPNU tidak bersikap menerima begitu saja dan menyerah kepada nasib dalam menghadapi kehendak Allah, tetapi berusaha untuk mencapai taqdir Allah dengan istilah kasab (usaha). Namun demikian, tidak harus berarti bersifat antroposentris (mendewakan manusia), bahwa manusia bebas berkehendak. Tindakan manusia tidak perlu dibatasi dengan ketat, karena akan dibatasi oleh alam, oleh sejarah. Sementara Allah tidak dibatasi oleh faktor-faktor tersebut. Dengan demikian IPNU tidak memilih menjadi sekuler, melainkan sebuah proses pergerakan iman yang mengejawantah dalam seluruh aspek kehidupan.

Itulah LANDASAN IPNU-IPPNU DALAM BERFIKIR, BERSIKAP, DAN BERTINDAK. Pahami kemudian di terapkan dalam kehidupan sehari-hari ya rekan-rekanita. Apabila ada kekeliruan dalam penulisan baik disengaja maupun tidak, mohon koreksinya. Berikan kritik saran dan komentarnya di dalam kolom komentar. Terima Kasih atas perhatiannya.

Wallahul Muwafiq Ila Aqwamitthoriq Tsummassalamualaikum Wr. Wb.

[Ir. Maulana]

0/Post a Comment/Comments